Hukum ziarah kubur Nabi Shallallahu alaihi wasallam wa ala alih


Ketahuilah bahwasanya ziarah terhadap makam nabi kita Saw itu disyariatkan dan dituntut pula di dalam kitab dan sunah.
Adapun dari kitab al Quran yaitu firman Allah SWT : (ولو انهم اذ ظلموا انفسهم جاءوك فاستغفروا الله واستغفر لهم الرسول لوجدوا الله توابا رحيما )dan adari ayat ini menunjukan imbauan terhadap umat agar datang kepada nabi shalallahu alaihi wa alihi wasallam dan beristighfar di dekatnya dan istghfar nabi terhadap mereka, dan ini tidak terputus dengan kematiannya. Dan ayat ini menunjukan terhadap hubungan perasaan mereka dengan Allah Yang Maha Menerima Taubat dan Maha Pengasih terhadap kedatangan mereka dan istighfar mereka dan istighfarnya Rasul terhadap mereka.
Adapun istighfarnya SAW berlaku terhadap seluruh mukminin dengan nash firman Allah SWT (واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات). Dan di dalam kitab shahih muslim bahwasanya sebagian dari shahabat memahami dari ayat tersebut makna yang menunjukan terhadapnya ayat ini , apabila telah ada kedatangan mereka dan istighfarnya mereka maka telah sempurna perkara yang tiga yang menyebabkan diterimanya taubat kepada Allah SWT dan rahmatNyadan istighfarnya Rasulullah SAW tidak terbatas hanya dengan masa hidupnya dan sebagaimana kita ketahui dari kesempurnaan simpatinya Rasulullah SAW bahwasanya Beliau tidak meninggalkan semua itu bagi orang yang datang meminta istighfar kepada Tuhannya SWT.dan walaupun ayat ini diceritakan di dalam kaum tertentu di dalam keadaan hidup yang mengumumi dengan umumnya sebab setiap orang yang terdapat di dalamnya sifat tersebut dalam keadaan hidup dan setelah mati. Maka oleh karena itu para ulama memahami dari ayat tersebut keumuman terhadap yang datang, dan disunatkan bagi orang datang berziarah ke makam Baginda Nabi SAW  agar membacanya sambil beristighfar meminta ampun kepada Allah SWT dan disunahkan juga bagi perziarah dan mereka memandangnya sebagai adab yang disunahkan baginya untuk dilakukan.
Dan tidak ada keraguan lagi bagi orang yang mempunyai pegangan yang tinggi terhadap dzauq ilmu bahwasanya orang yang keluar pergi untuk berziarah kepada rasulillah SAW membenarkan kepadanya bahwa dia keluar berhijrah kepada Allah SWT dan RasulNya terhadap perkara yang datang dari hadist hadist yang menunjukan kepada bahwasanya ziarah kepada Rasulillah SAW setelah wafatnya seperti halnya ziarah di masa hidupnya, dan ziarah kepadanya semasa hidupnya termasuk ke dalam ayat karimah secarah qat'i, maka begitu juga setelah wafatnya dengan nash hadist hadist menunjukan terhadap perkara tersebut.
Adapun menurut qiyas telah ada di dalam sunah shahihah yang muttafq terhadapnya tuntutan untuk berziarah kubur, dan makam Nabi Muhammad SAW tentunya lebih berhak dan lebih utama untuk diziarahi, bahkan tidak ada nisbat antara beliau denagn yang lainnya.
Dan sudah ditetapkan bahwasanya Baginda Nabi SAW menziarahi ahlul baqi' dan juga uhud, dan makamnya Rasulullah SAW itu lebih utama dengan apa yang beliau miliki dari hak dan kewajiban untuk mengagungkannya, dan tidaklah ziarah ke makam Rasulullah SAW terkecuali untuk bertabaruk  dengannya dan supaya peziarah mendapakan berkah dan rahmat yang besar dengan bershalawat dan salam kepadanya SAW di sekitar makamnya yang mulia dengan dihadiri malaikat yang mengitarinya SAW.
Dan adapun menurut ijma' kaum muslimin al 'allamah Ibnu Hajar Al Haitami telah berkata di dalam kitabnya yang berjudul " Al Jauhar Al Mundzim fii ziarati qobri al Nabi al Mukarrom Shallallahu alaihi wa salam" : telah menukil jamaah dari imam imam yang mengemban syariat mulya yang mana kepada merekalah perputaran dan mu'awwil ijma', dan sesungguhnya saja perikhtilafan diantara mereka adalah antara masalah apakah itu merupakan hal yang wajib atau sunat, maka barang siapa yang berpaling atau mengingkari kemasyru'iyatn ziarah maka dia telah melanggar ijma'.
Dan telah berhujjah dari golongan orang orang yang mewajibkan terhadap ziarah kepada Baginda Nabi SAW dengan hadist ( من حج البيت ولم يزرني فقد جفاني) yang artinya barang siapa yang berhaji dan tidak menziarahiku maka dia telah mengasingkanku, Hr ibnu Adi dengan sanad  yuhtaj bih. Beliau berkata : menghiraukan Baginda Nabi adalah haram, dan ketiadaan menziarahinya yang termasuk  terhadap menghiraukan atau mengasingkan terhadap belau adalah haram.
Dan para jumhur ulama yang berpendapat bahwasanya hukum menziarahi makam Baginda Nabi SAW adalah sunah menjawab bahwasanya menghiraukan menrupakan bagian dari umur nisbiyyah (relatif), maka terkadang dikatakan dalam meninggalkan sebuah sunat bahwa itu merupakan hal yang disayangkan disaat dia meninggalkan amal kebaikan dan silaturahmi, dan dimutlakan juga terhadap ekkuatan tabiat dan jauh dari sesuatu. Dan kebanyakan pendapat para ulama khalaf dan salaf berpendapat terhadap kesunatannya ketimbang kewajibannya. Dan berdasarkan dari dua pendapat tersebut maka ziarah dan segala bentuk muqadimahnya merupakan sebuah amalan taqorrub terpenting dan usana yang paling manjur.
Dan dikuatkan kembali dengan dalil dalil hadist yang banyak dan juga shahih dan tidak diragukan lagi terhadap keshahihannya kecuali orang yang telah dibutakan mata hatinya. Daiantaranya adalah sabda Rasulullah SAW : ( من زار قبري وجبت له شفاعتي ) dan di dalam riwayat ( حلت له شفاعتي ) telah meriwatkannya Daruquthni dan lebih banyak lagi dari para imam imam hadist, dan Imam al Subkhi telah membahas dengan panjang di dalam kitabnya yang dinamai dengan ( شفاء السقام في زيارتي خير الانام ).
Di dalam menjelaskan terhadapa hadist ini dan penjelasan orang orang yang menshahihkannya dari beberapa Imam, kemudian menyebutkan beberapa riwayat tentang hadist hadist ziarah keseluruhannya mengarah kepada hadist ini, diantaranya riwayat  ( من زارني بعد موتي فكأنما زارني في حياتي)dan di dalam riwayat ( من جاءني زائرا لا تهمه حاجة الا زيارتي كان حقا علي ان اكون له شفيعا يوم القيامة) dan dalam riwayat (من جاءني زائراكان حق له حق علي الله عز و جل ان اكون له شفيعا يوم القيامة) dan dari riwayat milik Abi Ya'la dan Daruquthni dan Baihaqi dan juga Ibnu Asakir ( من حج فزار قبري ) dan di dalam riwayat ( فزارني بعد وفاتي كان كمن زارني في حياتي ) dan di dalam riwayat ( من حج فزارني في مسجدي بعد وفاتي كان كمن زارني في حياتي ) dan di dalam riwayat ( من زارني الي المديتة كنت له شفيعا و شهيدا ومن مات باحد الحرمين بعثه الله من الامنين يوم القيامة ) dan Abu Dawud al Thayalisi telah meriwayatkannya dengan tambahan ini. Kemudian menyebutkan beberapa banyak hadist keseluruhannya mengarah kepada kemasyru'iyatn ziarah. Dan seluruh hais yang telah disebutkan tadi keseluruhannya beserta penjelasan penjelasan yanng ada telah jelas di dalam kesunatannya bahkan penekanan terhadap ziarah kepada Rasulullah SAW baik disaat beliau hidup ataupun setelah meninggal dunia baik untuk laki laki ataupun perempuan. Dan begitupun ziarah terhadap sekalian para Nabi dan Rasul yang lainnya dan juga para shalihin dan syuhada.

Komentar

Postingan Populer