SIAPA SIH YANG SESAT USTAZ EE ATAU BAGINDA NABI?



Sekarang ini kita dikagetkan dengan sebuah statemen salah satu ustazd artis (Edi Evendi atau EE) yang mengatakan bahwasanya Baginda Nabi Shalallahu alaihi wa Sallam itu sesat sebelum beliau mendapat wahyu dari Allah, dia juga memperincikan lagi terlebih saat Beliau Baginda Nabi terlahir ke bumi bahwa Beliau dalam keadaan sesat. Dengan berpegang kepada sebuah ayat di surat ad dhuha ”ووجدك ضالا فهدى " dia (ustaz EE) berpendapat bahwasanya kalimat ضالا di sini mengandung arti sesat. Namun seakan akan dia mengartikan kalimat dol tersebut yang mana kalimat dhol disini berhubungan dengan hikayat yang dikaitkan terhadap Rasulullah dengan artian sesat yang hakiki, seakan akan tidak mengandung arti yang lain.
Lalu dia juga berkata bahwasanya segala yang dikemukakan itu harus punya dasar. Dan menganggap apa yang dia katakana terhadap kalimat sesat ini adalah berdasar dari ayat al quran tersebut. Karena menganggap sesuai dengan konstek yang ada dalam kalimat di ayat tersebut. Kemudian dia juga mengaitkan memperingati mauled nabi itu sama saja memperingati akan kesesatannya Baginda Nabi Shallallahu alaih wa sallam (Naudzubillahi min dzalik).
Dan yang lebih terkejutnya lagi beliau memberikan keterangan tentang pentingnya beradab sebelum berilmu, diapun menerangkan betapa pentingnya hal itu. Bersamaan dengan saat itu juga dia tidak merasa bahwasanya dia sama sekali kurang memakai adab dalam berinteraksi dan menafirkan terhadap ayat al quran yang berkaitan dengan kedudukan Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Kemudian apakah perkataan ustaz EE inin memang benar benar berdasar sebagaiman dia menganggap perkataannya itu memang berdasar? Apkah sependapat dengan beberapa qoul para shahabat, tabiin dan salafu sholih? Ataukah hanya berdasar tapi didasarkan hanya pada pendapatnya diri sendiri saja? Dengan  keterbatasan maklumat yang ada dan hanya bermodalkan pada terjemahan al quran saja?. Perlu diperhatikan di sini karena menafsirkan al quran bukanlah hal yang sepele, menafsirkan alquran bukan hanya sebatas dari pemahaman dari terjemahan saja. Akan tetapi di sana ada banyak yang harus kita persiapkan sebelum kita memang mantap dan pantas dalam menafsirkan al quran, seperti ilm nahwu, balaghah, asbabunnuzul dan masih banyalk lagi.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda barang siapa yang menafsirkan al quran atas pendapatnya sendiri (tidak berlandaskan ilmu dan sanad keabssahannya) maka tempati tempatnya di neraka, atau kama qol Rasulullah.
Terkait kalimat sesat tersebut saya menemukan banyak referensi dari berbagai riwayat dan itu semua terkumpul dalam sebuah kitab tafsir karangan Imam Qurthubi. Mari kita simak apa saja yang diriwayatkan beliau terkait makna dan tafsir dari ayat al quran surat ad dhuha tersebut.
[سورة الضحى (93): آية 7]
وَوَجَدَكَ ضَالاًّ فَهَدى (7)
أَيْ غَافِلًا عَمَّا يُرَادُ بِكَ مِنْ أَمْرِ النُّبُوَّةِ، فَهَدَاكَ: أَيْ أَرْشَدَكَ. وَالضَّلَالُ هُنَا بِمَعْنَى الْغَفْلَةِ، كَقَوْلِهِ جَلَّ ثَنَاؤُهُ: لا يَضِلُّ رَبِّي وَلا يَنْسى «3» [طه: 52] أَيْ لَا يَغْفُلُ. وَقَالَ فِي حَقِّ نَبِيِّهِ: وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغافِلِينَ»
Di sini beliau menafsirkan kalimat dhal yang artinya bermakna gaflah (tidak tahu). Dalam artian beliau tidak menafsirkan kesesatan yang hakiki sebagaimana yang di terangkan ustaz tersebut. Yakni kelanjutan dari tafsir imam qurtubi di atas (tidak tahu terhadap perkara yang dimaksud kepadamu dari urusan kenabian, lalu Allah memberikan petunjuk kepadamu)
[يوسف: 3]. وَقَالَ قَوْمٌ: ضَالًّا لَمْ تَكُنْ تَدْرِي الْقُرْآنَ وَالشَّرَائِعَ، فَهَدَاكَ اللَّهُ إِلَى الْقُرْآنِ، وَشَرَائِعِ الْإِسْلَامِ، عَنِ الضَّحَّاكِ وَشَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ وَغَيْرِهِمَا.
وَهُوَ معنى قَوْلُهُ تَعَالَى: مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتابُ وَلَا الْإِيمانُ، عَلَى مَا بَيَّنَّا فِي سُورَةِ" الشُّورَى" «1».
dan sebuah kaum berkata; ضَالًّا kamu belum tahu al quran dan syariat syariatnya, lalu Allah menunjukanmu kepada al quran dan syariat islam.

 وَقَالَ قَوْمٌ: وَوَجَدَكَ ضَالًّا أَيْ فِي قَوْمٍ ضُلَّالٍ، فَهَدَاهُمُ اللَّهُ بِكَ. هَذَا قَوْلُ الْكَلْبِيِّ وَالْفَرَّاءِ

dan golongan lain berkata ;dan telah menemukanmu tersesat yakni di dalam kaum yang sesat. Maka Allah berikan hidayah melalui perantaramu.
. وَعَنِ السُّدِّيِّ نَحْوُهُ، أَيْ وَوَجَدَ قَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ، فَهَدَاكَ إِلَى إِرْشَادِهِمْ.
Dan dari Assuddiy semisalnya; yakni dan Dia telah menemukan kaummu di dalam kesesatan, lalu Dia memberimu hidayah kepada petunjuk mereka.

 وَقِيلَ: وَوَجَدَكَ ضَالًّا عَنِ الْهِجْرَةِ، فَهَدَاكَ إِلَيْهَا.
Dan dikatakan; Dia telah menemukanmu tersesat dari hijrah, lalu Dia menuduhkanmu kepadanya

 وَقِيلَ: ضَالًّا أَيْ نَاسِيًا شَأْنَ الِاسْتِثْنَاءِ حِينَ سُئِلْتَ عَنْ أَصْحَابِ الْكَهْفِ وَذِي الْقَرْنَيْنِ وَالرُّوحِ- فَأَذْكَرَكَ، كما قال تعالى: أَنْ تَضِلَّ إِحْداهُما «2» [البقرة: 282].
Dan dikatakan; tersesat yaitu lupa perkara istisna tatkala ditanya perihal tentang golongan ashabul kahfi dan dzul qarnaindan ruh lalu Dia mengingatkanmu. Seperti كما قال تعالى: أَنْ تَضِلَّ إِحْداهُما «2» [البقرة: 282].


 وَقِيلَ: وَوَجَدَكَ طَالِبًا لِلْقِبْلَةِ فَهَدَاكَ إِلَيْهَا، بَيَانُهُ: قَدْ نَرى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّماءِ «3» ... [البقرة: 144] الْآيَةَ. وَيَكُونُ الضَّلَالُ بِمَعْنَى الطَّلَبِ، لِأَنَّ الضَّالَّ طَالِبٌ.
Lalu dikatakan ; dan Dia telah menemukanmu meminta terhadap kiblat lalu Dia menghidayahkanmu terhadapnya, penjelasannya : قَدْ نَرى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّماءِ «3» ... [البقرة: 144 dan di sini addlalal bermakna tholab atau permintaan, karena orang yang tersesat itu sedang meminta petunjuk.

 وَقِيلَ: وَوَجَدَكَ مُتَحَيِّرًا عَنْ بَيَانِ مَا نَزَلَ عَلَيْكَ، فَهَدَاكَ إِلَيْهِ، فَيَكُونُ الضَّلَالُ بِمَعْنَى التَّحَيُّرِ، لِأَنَّ الضَّالَّ مُتَحَيِّرٌ.
Dikatan ; dan Dia telah menemukanmu kebingungan atau bimbang dari penjelasan apa yang telah diturunkan kepadamu, lalu dia memberikanmu petunjuk. Maka di sini makna dari kalmia dlolal adalah attahayyur atau bimbang, ragu rag, karena orang yang tersesat biasanya bimbang.

 وَقِيلَ: وَوَجَدَكَ ضَائِعًا فِي قَوْمِكَ، فَهَدَاكَ إِلَيْهِ، وَيَكُونُ الضَّلَالُ بِمَعْنَى الضَّيَاعِ.
Dikatakan ; dan Dia telah menemukanmu terbuang di dalam kaummu, maka dia menunjukanm kepadanya. Maka dlolal di sini bermakna keterasingan.

 وَقِيلَ: وَوَجَدَكَ مُحِبًّا لِلْهِدَايَةِ، فَهَدَاكَ إِلَيْهَا، وَيَكُونُ الضَّلَالُ بِمَعْنَى الْمَحَبَّةِ. وَمِنْهُ قَوْلُهُ تَعَالَى: قالُوا تَاللَّهِ إِنَّكَ لَفِي ضَلالِكَ الْقَدِيمِ «4» [يوسف: 95] أَيْ فِي مَحَبَّتِكَ.

قَالَ الشَّاعِرُ:
هَذَا الضَّلَالُ أَشَابَ مِنِّي الْمَفْرِقَا ... وَالْعَارِضَيْنِ وَلَمْ أَكُنْ مُتَحَقِّقَا «5»
عَجَبًا لِعَزَّةَ فِي اخْتِيَارِ قَطِيعَتِي ... بَعْدَ الضَّلَالِ فَحَبْلُهَا قَدْ أَخْلَقَا

Dikatakan ; dan Dia telah menemukanmu mencintai terhadap hidayah, lalu Dia menunjukanmu kepadanya. Dan di sini dlolal bermakna mahabbah yakni mencintai.

Dan masih banyak lagi dari berbagai makna dan tafsiran dari kalimat dlolal yang terkandung di dalam surat addhuha tersebut. Diantaranya dlolal tersebut bermakna tersesat di kerumunan bangsa makkah kemudia abu jahal melihat Baginda Nabi tesesat lalu abu jahal membawanya kembali kepada kakeknya bhakan seperti kita ketahui beliauun diselamatkan oleh musuhnya. Dan diceritakan juga bahwsanya belaiu sedang safar dengan pamannya Abu Thalib, lalu iblis mengambil alih ontanya lalu Beliaupun tersesat. Kemudian datang jibril lalu ditiuplah si iblis itu hingga terpental ke tanah Hindi, lalu mengembalikan onta yang ditunggani nabi ke rombongannya. Dan masih banyak lagi penafsiran yang lainnya.

 Kemudia Imam Qurthubi memberikan komentar bahwasanya seluruh pendapat ini baik, kemudian diantaranya ada yang bersifat maknawi da nada juga yang bersifat hissiy. Dan qaul yang terakhir (hissiy) lebih beliau sukai, karena dapat menampung pendapat yang maknawiyyah.
Memang ada yang berpandapat berdasarkan makna dzahirnya saja, akan tetapi tatkala berhubungan dengan syirik maka tidak diprasangkakan seperti itu.itu menurut dzahirnya.
Akan tetapi itu sudah berlalu dan telah lama sudah dibalas pendapat mereka di dalam surat (asysyura).
Dari semua pendapat dan tafsiran tersebut kita dapat mengetahui bhawasanya para ulama Salafusshalih tidak ada yang menafsirkan bahwasanya nabi itu sesat semenjak dari lahir, atau mengkaitkan bahwasanya manusia terlahir kea lam dunia dalam kesesatan. Perlu diketahui sesat di sini mempunyai banyak makna. Jikalau sesat di sini dimaknai dalam artian tidak tahu apa apa, yakni karena misalakan masih bayi atau kalau orang sunda nyebutnya (cilepeng) karena belum tahu bagaiman makan minum, mandi, berbicara, memakai baju dan sebagainya. Itub masih dapat diterima. Akan tetapi kalau sesat di sini dimaknai dengan makna sesat dalam artian dalam keadaan kafir, jelas itu salah. Karena dalam al quran sendiri menceritakan dalam QS. Al A'raf :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (172) أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ (173) وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (174)

Intinya tatkala kita kaum bani Aadam ada di alam arwah kita pernah bersaksi tatkala kita ditanya oleh Allah SWT (أَلَسْتُ بِرَبِّكُم) bukankah aku adalah Tuhan kalian? Lalu kitapun mengakui dan bersaksi dalam hal tersebut. Dan ini juga selaras dengan hadis yang disabdkan oleh baginda Nabi bahwasanya setiap yang terlahir ke muka bumi itu terlahir dalam keadaan suci atau fitrah dan seterusnya seoerti yang telah tertera di dalam hadist.

Maka dari pada itu penting bagi kita itu mengaji terlebih dahulu bekal bekal apa yang akan kita aji, sebelum kita ,enyampaikan kepada orang lain apalagi pada masyarakat awam atau orang orang hijrah yang notabenenya masih dalam tingkat awal. Perlu kita perjelas dengan hal yang jangan sampai membuat orang lain ataupun kita tergelincir pada kesesatan. Apalagi berhubungan denagn al quran, karena tidak bisa al quran semena mena ditafsirkan hanya melalui perantaran terjemahannyasaja, dan sisanya diperjelas dengan akal kita tanpa merujuk ke penjelasan ulama yang sudah tersambung keabsahan riwayatnya, itu tidak bisa. Lazim merujuk kembali kepada qaul para ulama salafus shalih shahabat dan tabiin agar tidak menafsirkan denagn tafsiran yang salah dan fatal.

Jadi pada intinya penafsirannya USTAZ EE itu tidak berdasar karena tidak ada riwayat para ulama yang menerangkan sebagaimana yang telah dia kemukakan. Dan saya rasa ini merupaan penafsirannya sendiri yang menurut saya itu benar benar salah dan fatal serta juga tak berlandaskan dalil yang shahih dan tepat. Apalagi dia bercerita harus mengedepankan adab dariapa ilmu, karena kalau ilmu saja iblis juga punya tapi tidak beradab.masa bilang ke jamaah untuk mengedepankan adab tapi dia sendiri kurang beradab dalam memahami ilmu dan kurang berhadab terhadap Baginda Nabi dengan menyebut beliau sesat. NAUDZUBILLAHI MIN DZALIK.

Semoga beliau bisa lebih memperhatikan kembali tatkala berceramah terkhusus yang berkaitan dengan penafsiran al quran. Sekian sisanya yang berkaitan dengan maulud OTW.


Komentar

Postingan Populer